Tari Kecetan, Seni Langka Peninggalan Kab. Ngawi

Selain Tari Orek-Orek, Kabupaten Ngawi masih menyimpan banyak tarian untuk menjadi warisan budaya. Salah satunya ialah Tari Kecetan Ngawi yang terkenal sebagai pengiring acara Keduk Beji.

Ritual Keduk Beji merupakan suatu upacara yang digelar setiap Selasa Kliwon atau setelah masa panen lewat sebagai bentuk penghormatan dan ucapan syukur atas berkah yang diberikan Tuhan. Upacara dilakukan di sumber mata air masyarakat Beji, Desa Tawun.

Menariknya, ritual tersebut selalu beriringan dengan Tari Kecetan Ngawi yang mulai langka. Tarian hanya ada ketika Keduk Beji diadakan, sementara pada perayaan lain tidak dipakai, lantaran adanya gerakan memukul dan turun ke sumber mata air.

Filosofi

Dalam bahasa Jawa, ‘kecet’ berarti memukul. Mulanya Tari Kecetan terdiri dari gerakan tarian yang bebas dan cukup sederhana, yang mana salah satu gerakannya terdapat adegan memukul tumit penari. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, kini masyarakat yang menarikan Tari Kecetan Ngawi, tidak lagi memukul tumit, melainkan air yang berada di sumber mata air agar tidak ada rasa sakit yang dirasakan penari.

Sejatinya, kegiatan memukul hingga rasa sakit tersebut memiliki filosofi yang mendalam. Maknanya ialah pertikaian akan menemukan sumbernya dan perdamaian yang tercipta. Hal tersebut didapat dari penari yang segera menyelusupkan badan ke sumber begitu merasakan rasa sakit akibat adegan pemukulan dari penari lain.

Sebagai bukti bila mereka telah kembali ke sumber yang memberi kehidupan, maka semua rasa sakit akan hilang seketika dan tidak menyisakan apa pun lagi. Hanya kelegaan dan kebahagiaan.

Selain itu, Tari Kecetan juga memiliki gerakan memutar yang menjadi penghubung tiap gerakan lain. Gerakan memutar tersebut sebagai simbol dari kehidupan yang akan terus berputar. Tidak selamanya yang kaya akan berada di atas, begitu pula sebaliknya. Kehidupan akan terus berjalan dan saling bergantian.

Ciri khas lain Tari Kecetan ada pada iringannya yang menggunakan Gendhing Gala Ganjur. Notasi yang digunakan Gala Ganjur ialah 565.565. Tanpa adanya wiraswaranya, penari menjadi lebih mudah bergerak dan menikmati irama yang dihasilkan. Makna yang terkandung bahwa dalam menjalankan kebaikan harus ada semangat yang tinggi, baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.

Nah itulah uraian singkat mengenai Tari Kecetan Ngawi. Seni langka peninggalan Kabupaten Ngawi tersebut patut Anda jaga dan lestarikan, jangan sampai punah dan anak cucu tidak lagi mengenalnya.(marcheliaf)