Duniangawi.com – Tahun 2021, Kabupaten Ngawi dinobatkan sebagai daerah penghasil gabah nomor tiga terbesar tingkat nasional. Produktivitas petani Ngawi amat sangat tinggi.
Namun ironisnya, produktifitas yang tinggi itu tidak diimbangi dengan kesejahteraan petani.
Buktinya, Kabupaten Ngawi masih belum bisa lepas dari jerat kemiskinan. Rilis BPS terbaru, angka kemiskinan masih berkisar di 15 persen.
Perlu diketahui, jumlah petani di Ngawi mencapai 70 persen lebih dari total jumlah penduduk secara keseluruhan.
Sengkarut kesejahteraan petani menjadi biang minimnya regenerasi petani. Petani sekarang masih didominasi para orang-orang tua.
Yang muda, kebanyakan memilih merantau ke kota. Mencari penghidupan tanpa harus bergelut dengan tanah sawah. Padahal sawah berpematang, ladang berpintalak (peribahasa: semua ada batasnya).
Ditengah ketidak pastian kesejahteraan petani, ada secercah harapan untuk mengupayakan hal itu terwujud.
Adalah Koperasi Tani Ngawi Mandiri, (selanjutnya kita sebut KTNM). Sebuah lembaga perkoperasian yang fokus pada dunia usaha pertanian.
Ketua KTNM, Galih Wiranegara saat ditemui di kediamannya mengatakan, potensi pertanian di Kabupaten Ngawi saat ini cukup bagus. Selain fakta bahwa Ngawi termasuk daerah penghasil gabah terbesar.
“Potensi pertanian kita tinggi banget,” kata Galih kepada duniangawi, (5/1).
Peluang menjanjikan berasal dari pertanian padi. Khusus untuk itu, menurutnya, sudah cukup masyhur beras Ngawi dikenal pulen. Lebih lezat dibandingkan dengan beras produksi lokal lainnya.
Kendati itu, patron makanan khas yang disematkan Ngawi, katanya, hingga saat ini masih berkutat pada keripik tempe, tepo kecap, dan lainnya. Beras Ngawi belum begitu banyak dikenalkan.
“Masyarakat Ngawi, generasi muda, harus bisa memanfaatkan peluang ini,” ucapnya.
Saat ini, KTNM, fokus dengan melebarkan sayap keanggotaan. Targetnya, setiap desa di Ngawi, sejumlah 213 desa dan 4 kelurahan, masing-masing memiliki satu perwakilan anggota. Tujuan utama anggota KTNM, untuk lebih bisa memberdayakan lagi para petani di Ngawi.
“Nantinya akan bekerjasama dengan para petani, ataupun dengan lembaga-lembaga lainnya untuk mengolah hasil pertanian,” ujar pria yang pernah jadi ketua HIPMI Ngawi itu.
Gambaran besar KTNM, kedepan setalah kerjasama itu terwujud dan berjalan, hasil gabah produksi petani Ngawi, tidak lagi dijual dalam bentuk produk mentah. Namun produk siap ataupun setengah jadi.
Dengan begitu, keuntungan bagi petani akan lebih meningkat. Apalagi dengan produk turunannya juga diolah di Ngawi. Seperti bekatul, tepung beras, dan lain-lain, dimana itu juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Bukan tidak mungkin, hal itu jika sudah terlaksana dengan baik, dampak perekonomian akan meningkat. Walhasil tingginya angka kemiskinan di Ngawi akan berkurang.
“Kalau kita bisa bergerak bersama-sama, dari satu produk gabah saja memiliki omset yang begitu besar,” urainya.
Galih Wiranegara, ketua KTNM juga berpesan, sudah saatnya pemuda di Ngawi bisa mengoptimalkan potensi pertanian. Peluang yang masih begitu luas, harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Beras Ngawi, produksi petani, diolah, dikemas, dan dipasarkan oleh petani Ngawi. Kemandirian itu nantinya pasti juga akan berdampak pada sisi ekonomi. Bukan tidak mungkin, kesejahteraan petani juga akan turut terangkat. (mif)