Merespon berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, sekitar 1200 pelajar SMA/SMK se-Jatim bersama Forkopimda Jatim kompak menyatakan penolakan terhadap radikalisme dan anarkisme pada Rabu (16/10/2019) di lapangan apel Mapolda Jatim.
Dilansir dari Surabaya.Tribunnews.com (16/10/2019), kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperteguh komitmen bersama menjaga ketertiban dan keamanan dari elemen pelajar SMA dan SMK.
“Ini komitmen untuk Jogo Jatim, dengan SDM unggul Indonesia maju di Jatim, khususnya anak muda SMA kami akan berkomitmen untuk menolak anarkisme,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera.
Sementara itu, Kapolda Jatim, Irjen Luki Hermawan yang turut hadir dalam acara menjelaskan bahwa kegiatan tersebut adalah momentum untuk menekankan kepada pelajar akan pentingnya penyikapan informasi yang bertebaran di media sosial.
“Kita harus merangkul pelajar ini supaya paham betul menyikapi berita yang berkembang dewasa ini. Tapi kita lihat Jawa Timur semua pelajar se-Jatim sangat antusias dan merespons positif. Ini sebagai bukti mereka perang melawan anarkisme dan radikalisme,” papar Luki di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Dilansir dari news.detik.com (Rabu (16/10/2019).
Luki menambahkan bahwa pelajar memiliki peran penting menjaga kondusifitas Jatim. Menurutnya, para siswa sebaiknya menempa diri dengan belajar dan tidak terpancing dengan informasi yang ada di media sosial.
“Kalau pelajar kan sekolah. Pelajar itu untuk belajar bukan untuk demo. Jadi memang pelajar sudah ada tempatnya di sini. Kemarin ada pihak-pihak yang terpancing adanya berita di medsos, alhamdulillah Jatim tidak ada,” tambahnya.
Luki sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada seluruh pelajar SMA/SMK se-Jatim, sebab sampai dengan saat ini tidak ada pelajar yang ditahan, ditangkap aparat kepolisian karena ikut-ikutan unjuk rasa, anarkis, dan lainnya.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pelajar se-Jawa Timur. Kami sangat terkesan sekali, bahwa di Jawa Timur ini, baik dari pelajar, bimbingan guru, dan diri sendiri, inten sangat menperhatikan. Sehingga pelajar masih bisa mengikuti semua kegiatan, dan tidak pengaruh dengan ajakan-ajakan berita hoax,” pungkas Luki.
Deklarasi anti radikalisme dan anarkisme tersebut ditutup dengan foto bersama dan tanda tangan petisi tolak anarkisme dan radikalisme.