Soehoed Soerjodilogo, Pahlawan Tempur Kemerdekaan Asli Walikukun Ngawi

Soehoed Soerjodilogo adalah seorang sersan mayor yang menjadi maestro bom Molotov. Molotov adalah bom bakar yang dibuat dari botol berisi bensin atau alkohol, botol ini kemudian diberi sumbu berupa tali atau kain yang nantinya dibakar sesaat sebelum dilempar. Dengan kemampuan tersebut, M. Soehoed Soerjodilogo menjadi pahlawan Ngawi yang bertempur bersama Tentara Rakyat Indonesia (TRI) menuju kemerdekaan Indonesia.

Lucunya, Soehoed menemukan jalannya untuk mengabdi menjadi pejuang Indonesia ketika ia kabur dari rumah sewaktu muda. Soehoed dikenal sebagai seorang pemuda dengan kepribadian baik lagi jujur, ia juga ulet dan mau bekerja keras. Ia bertekad ingin mengubah nasib dengan menjadi tentara lantaran sulitnya mengenyam pendidikan di bangku sekolah yang mahal dan jauh.

Semasa kecil, Soehoed beternak kerbau dalam kesehariannya. Suatu hari, ia menggembala kerbau di hutan sekitar Walikukun, Kabupaten Ngawi, semenjak hari itu, Soehoed hilang tanpa jejak. Soehoed dipikir telah meninggal, lenyap ditelan bumi, atau hilang terserat di hutan.

 

Puluhan tahun berlalu, Soehoed pulang dengan pangkat Sersan Mayor M. Soehoed Soerjodilogo. Ia juga datang membawa segudang kisah dan prestasi perjuangan kemerdekaan. Rupanya ia pergi tanpa izin untuk mendaftar bersama Tentara Republik Indonesia (TRI) di Palembang, Sumatera Selatan.

Selama mengikuti perjuangan TRI, ada satu perang dahsyat yang tidak dapat dilupakan, yaitu Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang. Keberaniannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kala itu berkobar, menjadikannya berani berada di barisan paling depan tanpa takut mati.

Melihat keberanian tersebut, Sersan mayor M. Soehoed Soerjodilogo diperintah Komandan Kapten M. Alamsyah untuk mengambil bensin milik Belanda sebagai persediaan bahan bakar pertempuran. Karena semangat tempurnya yang tinggi tersebut, perlawanan pun berakhir dengan gencatan senjata antara kedua belah pihak.

Pasca peperangan Lima Hari Lima Malam di Palembang, timbul banyak pertikaian mengenai Jawasentris di Palembang. Banyak orang-orang Jawa yang bimbang, haruskah menetap di Palembang atau kembali ke Jawa? Para pimpinan menyarankan untuk bertahan di Palembang, tetapi karena kerinduan dan kelembutan hati, Sersan Mayor M. Soehoed Soerjodilogo memutuskan ke Walikukun, Ngawi, untuk kembali bersama keluarga.

Setelah kembali ke tanah kelahirannya, Soehoed mengabdi di berbagai posisi antara lain anggota DPRDGR, PD Sumber Bhakti, dan Kodim 0806 Ngawi. Beliau juga turut serta dalam berbagai pemadaman pemberontakan antara lain DI TII Kahar Muzakar dan PKI Madiun. Soehoed meninggal tahin 1988 dan dimakamkan di TMP Ngawi.

Lebih dari sekadar pejuang, Soehoed Soerjodilogo adalah seorang pahlawan kemerdekaan asal Ngawi yang kini diabadikan di Palembang sebagai Sang Maestro Bom Molotov Indonesia. (redaktur/mca)