Menguak Peradaban Purba di Trinil – Ngawi

Tak banyak yang tahu bahwa di Ngawi tersimpan peradaban purba di masa lalu. Penemuan fosil tengkorak Pithecanthropus erectus oleh tim Dubois menjadi saksi peradaban tersebut.

Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah Utara. Dan Sepanjang 3 km perjalanan baru sampailah pada Museum Trinil.

Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang.

Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.

Dubois dan tim pekerjanya (Wikipedia)

Letaknya sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan solo.

Situs Museum Trinil merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1 juta tahun yang lalu. Situs ini sangat penting sebab di sini selain ditemukan data manusia purba, juga tersimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.

Memang tidak semua fosil yang telah ditemukan dipajang di Museum Trinil, Untuk mempelajari fosil-fosil manusia purba, dari semua penelitian dan penggalian yang dilakukan Dubois. Maka, dibuatlah replika fosil manusia purba yang kini disimpan di dalam sebuah museum. Sedangkan fosil yang asli dibawa dan disimpan di Belanda.

Selain fosil-fosil tengkorak yang telah disebutkan, hal menarik lainnya adanya sebuah tugu tempat penemuan manusia purba, tugu putih yang ada di pojok museum itu bertuliskan P.E. 175M.ONO 1891/93. Tulisan itu menjelaskan titik pengamatan dari arah penggalian Pithecantropus Erectus di Sungai Bengawan Solo, dengan jarak 175 meter arah timur laut pada tahun 1891/93.

Menarik sekali untuk mengunjungi situs purba trinil ini, pasalnya selain rekreasi dengan nuansa yang berbeda, juga menambah wawasan tentang penemuan manusia purba di Indonesia. (rdw)

Sumber: http://ulinulin.com/posts/trinil-jejak-manusia-purba-di-ngawi