Masih Bertahan, Ini Kisah Warsono Bengkel “Onthel” Ngrambe

duniangawi.com — Sepeda onthel pernah menjadi favorit masyarakat di era tahun 1970 hingga tahun 1980 an. Kendaraan roda dua ini menjadi alat transportasi bagi kebanyakan warga. Bahkan untuk bawa barang, bawa buah, bawa kayu, banyak yang pakai sepeda onthel

Seiring pergeseran zaman, sepeda ini tidak lagi dilirik masyarakat. Karena bukan lagi menjadi kebutuhan utama transportasi. Kebanyakan sebatas dimiliki dan digunakan bagi para pecinta olah raga sepeda. Keberadaan onthel kalah dengan sepeda motor yang kian terjangkau harganya.

Namun, di tengah menurunnya popularitas tersebut, bengkel sepeda onthel milik Warsono di Desa Ngrambe, Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi  masih tetap berdiri dan dikunjungi pencinta sepeda. Karena keberadaan bengkel ini hanya satu-satunya yang ada di wilayah kawasan Sine, Ngrambe dan Jogorogo.

Bengkel milik Warsono yang berlokasi di pinggir jalan Ngrambe-Jogorogo ini berdiri sejak tahun 1970 an. Pemilik pertamanya adalah Sairun, asli warga desa Ngrambe. Setelah beliau meninggal, usaha tersebut diteruskan oleh anaknya bernama Warsono.

“Setelah bapak tidak ada, bengkel ini saya teruskan mas. Eman-eman, karena bengkel ini sudah berdiri lebih dari 40 tahun, sejak saya masih kecil.”

Warsono, dalam menjalan usaha bengkel sementara ini hanya melayani servis perbaikan saja dan itu dikerjakan sendirian, tidak ada pembantu. Bapak separo baya ini juga tidak menyediakan dan menjual onderdil mengingat keterbatasan modal yang ada.  Sebenarnya prospek penjualan onderdil sepeda onthel ini sangat bagus jika dilihat hampir  setiap hari  selalu saja ada datang untuk melakukan servis.

“Saya hanya rakyat kecil yang tidak  punya modal mas. Tidak mampu kalau saya harus menyediakan penjualan onderdil-onderdilnya.”

Selain prospek servis dan penyediaan onderdil, penjualan sepede onthel bekas juga menjadi keinginan bapak yang hoby minum kopi cangkir ini.  Dengan cara membeli sepeda-sepeda onthel yang rusak dan tidak digunakan oleh pemiliknya. Kemudian diservis lalu dicat ulang dan dijual lagi.

“Sepeda jaman dulu itu bahan besinya sangat bagus dan kuat. Saya melihat banyak sekali orang-orang yang punya sepeda seperti itu dan hanya dimasukan dalam gudang saja karena sudah rusak. Jika saya punya modal untuk beli kompresor cat, saya pengin membeli barang-barang bekas seperti itu. Tak servis, tak cat dan tak jual lagi. Keuntunganya lumayan lho mas.”

Terlepas dari itu semua, walau dengan keterbatasan modal yang ada, namun Warsono tetap semangat untuk menjalankan, mempertahankan dan mengembangkan usahanya.

Zaman sudah berubah. Masa kejayaan usaha reparasi sepeda onthel juga tidak seindah tahun tahun 1970-1980-an. Namun begitu bengkel sepeda onthel Warsono tetap berdiri dan dikunjungi pencinta onthel. (red/erbas)