Kisah Mantan Sales yang Kini Jadi Direktur Lembaga di Ngawi

Duniangawi.com – Nasib tidak ada yang tahu. Walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu, belum tentu di masa depan masih di kondisi yang sama.

Seperti kisah direktur Lembaga Bisnis Center (LBC) Ngawi, Siswanto, SE.,M.M. ditemui di ruang kerjanya, Siswanto membagikan kisah hidupnya hingga kemudian menjadi orang nomor satu di lembaga pendidikan vokasi itu.

Siswanto lahir dan tumbuh di pelosok desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dia terlahir sebagai anak petani dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

“Saya ini anak desa. Anak petani, orang tua saya tidak mampu,” kata Siswanto kepada Duniangawi.com, Rabu (15/12/21).

Siswanto, mantan sales kini jadi direktur LBC Ngawi

Siswanto mengisahkan, pada satu waktu, demi merubah nasib, dirinya bersama orangtuanya terpaksa harus merantau ke Pulau Kalimantan. Di sana, ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, dan ibunya bekerja di sebuah warung soto.

“Orang tua bekerja keras dibela-belain seperti itu supaya anaknya bisa kuliah. Dan Alhamdulillah tahun 2006 saya lulus sebagai sarjana ekonomi,” kisahnya.

Pria yang kini jadi warga Ngawi itu melanjutkan, tahun 2007 keluarga Siswanto memutuskan untuk pulang ke pulau Jawa.

Setelah di pulau Jawa, dengan berbekal ijazah sarjana ekonomi, Siswanto kemudian meniti karir sebagai sales di perusahaan cat. Saat itu, dia mengaku hanya bertahan selama satu tahun.

Kemudian, setelah dari sales perusahaan cat, dirinya mencoba peruntungan dengan melawar kerja di PT Astra.

Nasib mujur didapatkan Siswanto. Dirinya diterima dan ditempatkan di Solo Jawa Tengah, sebagai sales kendaraan truk.

“Saat itu saya harus bersusah payah dulu. Saya keliling dari toko material, bangunan, hingga depo pasir untuk menawarkan truk, satu persatu saya datangi,” akunya.

Siswanto bersama para karyawan di LBC Ngawi

Berkat keuletan dan dedikasinya, dua tahun berselang atau tepatnya tahun 2009, dirinya mendapat the best salesman Jateng-DIY. Dengan predikat penjualan truk terbanyak di wilayah tersulit.

“Kemudian saya memutuskan untuk banting setir ke dunia pendidikan. Karena selama tiga tahun karir saya sepertinya mentok,” akunya.

Awal mula memasuki ranah pendidikan, Siswanto mengaku memulai dari lembaga Language Education Center (LEC) Solo.

Di dunia pendidikan karir Siswanto cukup cemerlang. Hanya berselang dua tahun setelah bergabung, dia mengaku sudah menjadi area sales manager di Jawa Timur.

Setelah malang melintang dari berbagai jenis pekerjaan dan perusahaan, akhirnya Siswanto berjodoh dengan pekerjaan di Kabupaten Ngawi. Dia memulai dari LP3I Ngawi sejak tahun 2018. Yang itu juga mengantar dia kini menjadi warga Ngawi.

Berbekal pengalamannya, LP3I Ngawi yang awalnya masih kurang begitu diminati, di tahun pertama dirinya mengampu di sana, jumlah mahasiswanya naik drastis hingga seratusan siswa.

Hingga kemudian atas serangkaian proses, LP3I Ngawi berganti menjadi LBC Ngawi dengan dirinya sebagai pimpinan kampus Vokasi itu.

Siswanto saat bersama Ketua HPN Ngawi

Tidak berhenti sampai disitu. Saat awal pandemi dulu, kondisi siswa di LBC Ngawi cukup berkurang drastis. Hal itu mendorong Siswanto untuk membentuk lembaga pendidikan miliknya sendiri.

Lembaga itu dia beri nama Global Cendikia Ngawi. Dimana segmentasi lembaga itu, dikhususkan bagi anak-anak lulusan SMA sederajat yang tidak memiliki kemampuan melanjutkan kuliah.

“Anak-anak lulusan SMA sederajat yang tidak mampu melanjutkan kuliah, kami akomodir, kami berikan pelatihan selama tiga bulan. Setelahnya kita ujikan sesuai dengan kompetensinya, kalau lulus dan dinyatakan kompeten, kita bantu salurkan kerja,” ujar pria yang kini tinggal di Kecamatan Geneng Ngawi.

Apa yang sudah dicapai Siswanto saat ini, tidak lepas dari pahit getir kehidupan yang telah dia lalui.

Dia menceritakan, dirinya pernah berada pada titik terendah dalam hidup. Saat itu, kata dia, bersama sang istri pernah suatu ketika sama sekali tidak memiliki uang sepeser pun. Stok makanan pun sangat terbatas. Hanya ada satu mie instan.

“Saya masih merinding kalau ingat. Mie itu dimasak oleh istri saya, mie nya dimakan anak saya, saya dan istri cuma makan sama kuahnya saja, itu titik terendah saya,” akunya.

Dirinya berpesan, bagi siapapun yang mungkin memiliki latar belakang seperti dirinya, agar tetap semangat dalam menjalani hidup. Menurutnya latar belakang hidup merupakan pemantik yang luar biasa. Selain itu, jangan lelah untuk meminta doa dari orang tua, dan doa pribadi masing-masing.

“Karena kekuatan doa itu luar biasa, dia orang tua atau doa kita sendiri,” pungkas Siswanto, mantan sales yang kini jadi direktur. (mif)